Langsung ke konten utama

Pernikahan Beda Agama Menurut Hindu (Part 2)

Bagaimana mungkin pernikahan berbeda agama dilakukan bila Suami sebagai pemimpin Upacara Yajña tidak bisa memenuhi perannya karena berbeda agama atau Istri sebagai pendidik keturunan, bagaimana mungkin seorang anak itu terlahir sebagai anak Suputra bila tidak diajarkan berdasarkan ajaran Weda?

Banyak sekali pernikahan beda agama yang berakhir dengan tidak baik. Pada awalnya saja terasa manis, tetapi ketika terjadi masalah yang sangat prinsipil seperti agama dan ibadah, seringkali permasalahan ini membawa perdebatan panjang.

Masa pacaran dan menikah itu sangat berbeda. Mungkin selama pacaran, agama bukan masalah penting dalam hubunganmu, tetapi ketika sudah menikah, masalahnya akan bertambah 100 kali lipat.

Mulai dari upacara pernikahan hingga agama yang akan diajarkan kepada anak. Bagi yang berpacaran beda agama, tidak menjadi masalah. Karena pacaran adalah masa pengenalan, tetapi bila berniat melanjutkan ke pernikahan, berpikirlah dua kali. 
Bagi Laki-laki, sanggah/merajan adalah hak milikmu dan kewajibanmu adalah menjaganya. Bagi perempuan, kamu dididik agama dari kecil maka tugasmu pula untuk meneruskannya kepada anakmu.

Dalam Hindu, bila salah satu mempelai yang awalnya beragama Hindu pindah ke agama lain, maka ia harus mepamit pada keluarganya. Secara adat, hubungan keluarganya sudah putus. Tegakah kamu memutus hubungan keluarga dengan Ibu dan Ayah yang sudah membesarkanmu dengan susah payah hanya demi seseorang yang kamu "cintai?" Cintailah Sang Pencipta lebih daripada ciptaanNya. Jangan tinggalkan agama Hindu hanya karena manusia yang kamu cintai. Tuhan jauh lebih mencintai kamu daripada laki-laki/perempuan milikmu itu. Temukan yang terbaik, yang satu Dharma, rasakanlah indahnya ke Pura berdua dan sembahyang bersama. Di hari raya, Suami dengan senang hati melihat Istrinya sedang mempersiapkan banten dan canang. Begitu pula seorang Istri melihat Suaminya bersiap memimpin upacara. 

Tidaklah elok meninggalkan Tuhanmu, agamamu yang kamu peluk dari lahir hanya demi seseorang yang baru kamu temui beberapa saat lalu.

(Sumber : Dikutip dari Akun Instagram Generasi Hindu secara utuh)

Komentar

  1. Saya orang hindu saya pernah pacara ama wanita beda agama, namun di amat baik, malah dia berkata citai i lah tuhan kamu yang utama, jagan mencitai seseorang berlibihan, citailah kedua orang tua kami, lalu baru citai i pacar kamu, saya megagumi nya padahal dia bukan orang hindu, dia gak munafik, yang saya bigung kan sebagai orang bali mau cari pasangan soiman sama agama,
    kok kebayakan cewek bali jual mahal bangat, gak ramah sesama orang bali, maka banyak cowok bali ikut cewek beda agama lain,
    Lalu apa nya salah asrus salah kan siapa kalau dah begini, cewek bali jual mahal nya amat tiggi, untuk gbrol basabasi aja susah apa lagi mau mendekati sebagai pacar, mukin arus ada darma wacana tentang cewek bali, agar cewek bali itu ramah ama sesama orang bali, kalau itu dah terlatih mukin mereka bisa ramah ama semua orang tampa membeda kan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KANDARPA SANG DEWA ASMARA

Mendengar kata asmara sangatlah menyenangkan. Sebuah hal yang indah dan setiap orang ingin menyelam di dalamnya. Adalah sebuah anugrah yang harus disyukuri setiap orang bahwasannya, manakala asmara datang, maka kehidupan baru itu juga akan datang.             Identiknya dengan cinta. Sebab hidup, adalah indah karena cinta, ibaratkan musim semi yang datang dengan mbau aroma yang menyegarkan. Itulah Cinta. Secara spesifik, cinta adalah sebuah perasaan yang muncul akibat ketertarikan akan lawan jenis, ya laki-laki dengan perempuan tentunya. Namun apakah setiap lawan jenis ini tertarik satu sama lain dalam posisinya di hati ? belum tentu.             Bibit cinta itu tumbuh dan ada karena satu hal yang setiap orang tidak akan pernah mengetahuinya secara pasti. Namun satu hal yang pasti, setiap pertemuan pertama yang mengawali sebuah jalinan kasih, maka   ada satu tangan yang menentukan itu secara garis terbentang dari angkasa yang tak terlihat. Maksudnya ada satu sosok de

Jodoh : Takdir Atau Karma ?

Oleh : Gentha Apritaura Om Swastiastu Saya dibesarkan di lingkungan Islam. Saya memutuskan memilih agama Hindu ketika saya masih dalam usia –yang orang bilang- premature. Too early. Tapi bagi saya, tidak ada kata premature sebab Hindu telah menyentuh kebutuhan rohani saya yang paling dasar. Saya menemukan Hindu tanpa guru, tanpa bantuan orang lain, namun itulah yang membuat saya bangga karena dengan demikian, berarti saya mengambil keputusan besar ini tanpa intervensi siapapun. Usia saya sekarang 22 tahun. Pada usia 21 tahun, saya jatuh cinta pada seorang cowok muslim. Sebut saja namanya Fre. Bukan orang baru, dia cinta pertama saya di sekolah menengah, sekaligus teman sejak SD. Bersamanya, saya merasakan cinta yang sungguh- sungguh terhadap seorang lelaki. Semua ego runtuh di hadapannya. Hampir setahun, saya mengalami masa penuh pergolakan, perang batin, jungkir balik tidak karuan. Saat itu, hidup hanya memberi saya dua pilihan. Jika saya pilih Hindu, saya harus mel

WORKSHOP PRANIKAH REMAJA HINDU DKI JAKARTA

14 NOVEMBER 2012 JAKARTA. Sejumlah muda mudi hindu di Jakarta mengikuti sebuah acara menarik yang dilaksanakan oleh Bimas Hindu DKI Jakarta. Acara yang dilaksanakan oleh Bimas Hindu DKI Jakarta berupa kegiatan Workshop Remaja Pranikah bertempat disalah satu hotel Jakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh 40 orang peserta muda-mudi Hindu dari wilayah DKI Jakarta, Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia, serta Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma UI. Dalam kegiatan Workshop Remaja Pranikah peserta diberikan pembekalan mengenai proses membentuk keluarga yang sukhinah berdasarkan Veda dan agama Hindu, prosedur hukum dan agama pencatatan perkawinan, mempersiapkan kehidUpan berkeluarga, mencari pasangan yang tepat, dan menyelesaikan permasalahan dalam diskusi kelompok. Dari pembekalan, diskusi kelompok, dan presentasi oleh para narasumber terbukti cukup bermanfaat dalam membuka pandangan peserta workshop tentang arti sebuah perkawinan yang sakral dan melibatkan seluruh aspek kehidupan. Lebih ja